PUSARAN.CO– Seribuan santri alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Situbondo Jawa Timur di Jawa Tengah, mengikuti Safari Dakwah KHR Ahmad Azaim Ibrahimy di Demak, Selasa (6/6/2023). Kegiatan yang bertajuk “Peran Santri Dalam Menjaga Asas Tunggal Pancasila dan NKRI” tersebut juga menghadirkan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen sebagai narasumber.
Acara yang dimulai sejak pukul 15.00 WIB itu berlangsung khidmat dan hangat. Terbukti, di bawah guyuran hujan deras, peserta tetap antusias mengikuti jalannya acara. Apalagi saat sesi dialog atau tanya jawab.
Dalam kesempatan itu, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy menekankan, santri harus mengambil peran dan memperjuangkan asas tunggal Pancasila, sebagaimana yang dilakukan oleh ulama-ulama pendahulu.
“Santri harus bisa meneruskan perjuangan para masyayikh (ulama) pendahulu dalam mendirikan negara, melawan penjajah,” ujarnya.
Diceritakan, perjuangan ulama sebagaimana dilakukan oleh KHR As’ad Samsul Arifin, pengasuh kedua Ponpes Salafiyah Syafiiyah Situbondo, hingga kini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
“Santri itu sami’na wa atho’na kepada guru, kepada kiai. Dan, santri itu harus bisa menghindari perpecahan. Negara ini ada banyak suku, ras dan agama yang harus dijaga, toleransi. Jadi, santri juga ambil peran dalam menjaga nasionalisme,” papar KHR Ahmad Azaim.
Ia juga mengajak santri untuk aktif menghidupkan organisasi.
“Organisasi harus ada regenerasi. Jangan fanatik dan harus jalin hubungan dengan organisasi santri alumni dari Ponpes yang lain,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menekankan pentingnya santri untuk menjaga keutuhan NKRI. Menurutnya, kemerdekaan Indonesia juga turut diperjuangkan oleh para ulama dan santri terdahulu. Sehingga, santri saat ini perlu menghormati perjuangan mereka dengan menjaga keutuhan NKRI.
Gus Yasin, sapaannya, menjelaskan, perjuangan para santri dan kiai tercatat dalam sejarah resolusi jihad, yang digaungkan KH Hasyim Asyari. Menurutnya, dimulai dari itu, banyak santri yang turut mengangkat senjata mempertahankan kemerdekaan RI saat agresi militer Belanda berlangsung.
“Keputusan Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika adalah kesepakatan. Umat muslim diwajibkan menaati kesepakatan tersebut. Kalau kita sudah berjanji mempertahankan NKRI, kita harus mengusung perbedaan untuk kemajuan. Itu sudah sepakat. Kalau kita tidak bisa menaati kesepakatan itu, apakah kita bisa disebut santri yang sami’na wa atho’na,” kata Gus Yasin.
Salah satu langkah menjaga keutuhan NKRI, papar wagub, dapat dilakukan dengan saling menghormati dan sikap toleransi. Baginya, Indonesia bukan hanya ditinggali oleh penduduk muslim. Banyak masyarakat nonmuslim yang juga memiliki kontribusi di Indonesia.
“Dalam agama Islam diajarkan mengenai toleransi, bagaimana Nabi Muhammad SAW kita membuat (membangun) Madinah. Di sana ada (dibuat) Piagam Madinah yang di dalamnya juga terdapat orang nonmuslim. Kita diajarkan untuk menjaga hubungan sinergi (di Indonesia),” imbuhnya.
Lebih jauh, wagub juga menerangkan pentingnya santri untuk semakin modern. Menurutnya, para santri jangan mengaji kitab saja, tapi perlu membekali diri dengan ilmu-ilmu lainnya. Agar santri bisa terlibat lebih dalam memajukan negara Indonesia.
“Santri perlu belajar banyak hal lainnya di luar ngaji kitab. Santri juga perlu masuk menjadi bagian dari pemerintahan. Agar bisa memberikan kontribusi sesuai jalur masing-masing,” tandasnya. (RLS)